KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dengan muatan materi dari berbagai sumber yang saya temukan. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah bermanfaat untuk masyarakan, ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Palembang, Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Malah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.Prinsip Pembidaian
2.Teknik Pembidaian Pada Berbagai Lokasi Cedera
3.Jenis Pembidaian
4.Indikasi Pembidaian
5.Kontra Indikasi Pembidaian
6.Komplikasi Pembidaian
7.Tujuan Pembidaian
8.Evaluasi Pasca Pembidaian
9.Pengertian pembalutan
10.tujuan Pembalutan
11.prinsip-prinsip pembalutan
12.syarat-syarat pembalutan
13.macam-macam pembalut
14.prosedur pembalutan
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya.
Membalut merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dengan baik oleh perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya. Membalut merupakan suatu ketrampilan yang akan sangat sering dilakukan oleh seorang perawat di tempatnya bekerja khususnya pada pasien yang mengalami luka.
Keterampilan dalam pembalutan ini sangatlah penting di dalam dunia kesehatan terutama bagi seorang perawat. Oleh karena itu paper ini dibuat dengan harapan agar banyak tenaga kesehatan khususnya perawat mempelajari tentang teknik pembalutan yang umum dilakukan dengan baik dan benar sehingga dapat menambah ketrampilan dan juga profesionalitas dalam dunia kerja.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai :
1. Bidai keras. €mumnya terbuat dari kayu! alumunium! karton! plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. "ada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. contoh bidai kayu! bidai udara! bidai &akum.
2. Bidai traksi.Bidai bentuk jadi dan ber&ariasi tergantung dari pembuatannya! hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus! umumnya dipakai pada patah tulang paha.contoh bidai traksi tulang paha.
3. Bidai impro&isasi.Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. "embuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan impro&isasi si penolong.contoh majalah! koran! karton dan lain'lain.
4. (endongan/Belat dan bebat."embidaian dengan menggunakan pembalut! umumnya dipakai mitela )kain segitiga dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
TUJUAN PEMBALUTAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
- Mahasiswa mampu memahami teknik pembalutan
2.Tujuan Pembelajaran Khusus
mahasiswa mampu memahami :
- Menjelaskan definisi dari pembalutan dengan benar
- Menjelaskan tujuan pembalutan dengan benar
- Menjelaskan prinsip-prinsip pembalutan dengan benar
- Menjelaskan syarat-syarat pembalutan dengan benar
- Menjelaskan macam-macam pembalut dengan benar
- Menjelaskan prosedur pembalutan dengan benar
2.RUMUSAN MALAH
a. Prinsip Pembidaian
b. Teknik Pembidaian Pada Berbagai Lokasi Cedera
c. Jenis Pembidaian
d. Indikasi Pembidaian
e. Kontra Indikasi Pembidaian
f. Komplikasi Pembidaian
g.Tujuan Pembidaian
h. Evaluasi Pasca Pembidaian
i.Pengertian pembalutan
j.tujuan Pembalutan
k.prinsip-prinsip pembalutan
l.syarat-syarat pembalutan
m.macam-macam pembalut
n.prosedur pembalutan
o. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :
- Bagian dari tubuh yang mana ?
- Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
- Bagian dari tubuh yang mana ?
- Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
- Bagaimana luas luka tersebut ?
-Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
p. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
q.Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
r.. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
-. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
- Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
- Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
- Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah letaknya disebelah distal
- Tidak mudah kendor atau lepas
-Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
p. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
q.Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
r.. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
-. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
- Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
- Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
- Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah letaknya disebelah distal
- Tidak mudah kendor atau lepas
3. TUJUAN
a. Apa saja Prinsip Pembidaian dalam PPC ?
b. Teknik-teknik apa saja dalam Pembidaian Pada Berbagai Lokasi Cedera ?
c. Apa-apa saja Jenis Pembidaian ?
d. Bagaimana Indikasi Pembidaian ?
e. Kontra Indikasi Pembidaian ?
f. Komplikasi Pembidaian?
g. Mengetahui Tujuan Pembidaian ?
h. Mengetahui Evaluasi Pasca Pembidaian.
i. Tujuan Pembelajaran Umum
- Mahasiswa mampu memahami teknik pembalutan
h.Tujuan Pembelajaran Khusus
mahasiswa mampu memahami :
- Menjelaskan definisi dari pembalutan dengan benar
- Menjelaskan tujuan pembalutan dengan benar
- Menjelaskan prinsip-prinsip pembalutan dengan benar
- Menjelaskan syarat-syarat pembalutan dengan benar
- Menjelaskan macam-macam pembalut dengan benar
- Menjelaskan prosedur pembalutan dengan benar
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRINSIP PEMBIDAIAN
Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ketandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan danpembidaian. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadikecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
a.Prinsip umum dalam tindakan pembidaian
1)Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerahfraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawahdan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
2)Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami frakturmaupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar sendi,pembidian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan sistal.
3)Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantudengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian
4)Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakanpeningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jikaanda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikansebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi denganbaik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkantambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
5)Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidaiterutama pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll),yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.
6)Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan padabidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi :
a.superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur
b.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c.inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
7)Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehinggamengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwapemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atauperegangan pada bagian yang cedera.
8)Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat
9Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalamtindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yangsesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapatdilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yangtidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, denganmerekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
10)Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahuludibungkus dengan perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untukmelepaskan kantong es secara berkala untuk mencegah old injury?/span>pada jaringan lunak.
2.TEKNIK PEMBIDAIAN PADA BERBAGAI LOKASI CEDERA
a.Fraktur cranium dan tulang wajah
Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempatyang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulangbelakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa bidaikhusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.
b.Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutandianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan
c.Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu dengan ansel bandage?(lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksidan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yangseanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yangcukup baik.
d.Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempelsecara nyaman pada dada.
e.Lengan atas
1)Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi sikumembentuk sudut 90%, dengan cara
2) Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawahsedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan disisi siku.
3)Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisilateral dinding thoraks
4)Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yangmengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisimedial).
5)Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar.
f.Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan
Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam osisi dari fungsi mekanik yakni posisi yang senatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang menggenggamsebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat diletakkanpada telapak tangan sebelum tangan dibalut.
g.Tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidaimenggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.
h.Fraktur/dislokasi sendi lutut
Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggulsampai dengan pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat
i.Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorangyang berusia tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul,maka sebaiknya dianggap mengalami fraktur.
Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekandan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral.
Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggulharus menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai.Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukupjauh, dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat andasudah kelelahan.
j.Fraktur/dislokasi pergelangan kaki
Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukupdengan menggunakan pembalutan. Gunakan pola figure of eight?/span>: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi atas kaki,mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi ataskaki, kesisi bawah kaki, dan demikian seterusnya.
Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakangdan sisi lateral pergelangan kaki untuk mencegahpergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakanimobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijagapada sudut yang benar
3.JENIS PEMBIDAIAN
a.Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit.Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya.Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebihberat.Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian.
b.Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif
Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit).Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi.Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll).Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih
4.NDIKASI PEMBIDAIAN
a.Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
b.Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
c.Dislokasi persendian
d.Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagiantubuh ditemukan :
e.Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
f.Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalamiangulasi abnormal
g.Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera. Posisi ekstremitas yang abnormal
h.Memar
i.Bengkak
j.Perubahan bentuk
k.Nyeri gerak aktif dan pasif
l.Nyeri sumbu
m.Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang mengalami cedera (Krepitasi) Perdarahan bisa ada atau tidak
n.Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
o.Kram otot di sekitar lokasi cedera
5.KONTRA INDIKASI PEMBIDAIAN
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasandan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasidan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jikaada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknyapembidaian tidak perlu dilakukan.
6.KOMPLIKASI PEMBIDAIAN
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
A.Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur olehujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasilainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
B.Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
C.Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderitamenunggu terlalu lama selama proses pembidaian.
7.TUJUAN PEMBIDAIAN
a.Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi.
b.Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah.
c.Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul.
d.Untuk mencegah terjadinya syok.
e.Untuk mengurangi nyeri.
f.Mempercepat penyembuhan.
8. EVALUASI PASCA PEMBIDAIAN
Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lenganmaka periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5detik. Kuku akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktukurang dari 2 detik setelah dilepaskan.
Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,atau kesemutan, maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar.
Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik berubah menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi merah, maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras.
Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus di kaki).Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan untuk kasus di tangan. Bilatidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.
PEMBALUTAN
B. PENYAJIAN MATERI
B. PENYAJIAN MATERI
1. Pengertian
Pembalutan merupakan suatu tindakan medis yang dilakukan untuk menutupi luka dari kontaminasi menggunakan bahan tertentu. Pembalutan juga dikatakan sebagai penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu. Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.
Membalut merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dengan baik oleh Perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya. Apapun alasannya, perlu diingat bahwa jika tidak diterapkan dengan benar, membalut dapat lebih cepat dan mudah menyebabkan injury.
2. Tujuan pembalutan:
a) Menahan bagian tubuh supaya tidak bergeser seperti :
- menahan penutup luka
- menahan pita traksi kulit
- menahan bidai
- menahan bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan geseran (sebagai splint)
- Menahan pembengkakan yang dapat terjadi pada luka.
b) Melindungi bagian tubuh yang cedera
c) Memberikan support pada bagian tubuh yang cedera.
d) Menutup bagian tubuh luka agar tidak terkontaminasi oleh cahaya, debu dan kotoran.
e) Memberikan tekanan seperti terhadap :
- kecenderungan timbulnya pendarahan atau hematum
- adanya ruang mati (dead space)
3. Prinsip-prinsip pembalutan
a) balutan harus rapat, rapi dan jangan terlalu erat karena dapat mengganggu sirkulasi.
b) jangan terlalu kendor sehingga mudah tergeser dan lepas
c) ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya gangguan sirkulasi
d) bila ada keluhan balutan terlalu erat hendaknya sedikit dilonggarkan tapi tidak terlalu rapat kemudian evaluasi keadaan sirkulasi.
4. Syarat-syarat pembalutan
a) Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan
b) Mengetahui seberapa batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan
c) Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan, bentuk besarnya bagian tubuh yang akan dibalut.
5. Macam-macam pembalut:
a) Mitella adalah pembalut segitiga
b) Dasi (cravat) adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga berbentuk seperti dasi
c) Pita adalah pembalut gulung
d) Plester adalah pembalut berperekat
e) Pembalut yang spesifik
f) Kassa steril
Mitella:
a) Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Pembalut berbentuk segitiga terbuat dari kain tipis, lemas, kuat, biasanya berwarna putih. bentuk segitiga sama kaki lurus dengan panjang kaki-kakinya 90 cm – 100 cm.
terdapat tiga macam pembalut segitiga :
- segitiga biasa
- segitiga plantenga
- segitiga funda
b) Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang tebentuk bulat atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera.
c) Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, untuk pembungkus kepala / penahan rambut, untuk pembalut sendi bahu dan panggul, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
Dasi:
a) Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi segitiga agar beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebamya antara 5-10cm.
b) Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir.
c) Cara membalutnya yakni dengan membebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya diikatkan. diusahakan agar balutan tidak mudah kendor.
Pita ( Gulung ):
a) Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis.
b) Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser ( Kendor).
c) penggunaan pita biasanya pada bagian tubuh seperti :
- untuk kepala dan wajah
- untuk anggota badan berbentuk bulat panjang
- untuk anggota badan berbentuk lonjong
- untuk persendian
Macam-macam pembalut dan penggunaannya :
- Lebar 2,5 cm -Biasa untuk jari-jari
- Lebar 5cm -Biasa untuk leher dan pergelangan tangan
- Lebar 7,5 cm -Biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
- Lebar 10 cm -Biasa untuk paha dan sendi pinggul
- Lebar >10-15cm -Biasa untuk dada, perut, dan punggung
Plester:
a) Pembalut ini digunakan untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang.
b) Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik contohnya tensoplast, band-aid, handyplast, dll.
Pembalut yang spesifik :
a) Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka-luka lebar yang terdapat pada badan.
b) Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa dipergunakan pada luka-luka kecil.
Kasa Steril :
a) Kasa steril adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah diberi obat-obatan ( antibiotik, antiplagestik).
b) Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut.
6. Prosedur pembalutan
a. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan
- Bagian dari tubuh yang mana ?
- Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
- Bagaimana luas luka tersebut ?
- Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
b. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan! Dapat salah satu atau kombinanasi.
c. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi.
d. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan prinsip pembalutan.
Cara membalut dengan mitella
a. Salah satu sisi mitella dilipat 3 - 4 cm sebanyak 1 - 3 kali
b. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
c. Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya.
Cara pembalutan dengan dasi
a. Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan masing-masing ujung lancip
b. Bebatkan pada tempat yangakan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
c. Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik
d. Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
Cara membalut dengan pita
a. Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut maka dipilih pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai
b. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salaah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh , yang akan dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya
c. Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain secukupnya.
Cara membalut dengan plester
a. Jika ada luka terbuka :
- luka diberi obat antiseptik
- tutup luka dengan kassa
- baru lekatkan pembalut plester
b. Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) :
- Balutan plester dibuat "strapping" dengan membebat berlapis-lapis dari distal ke proksimal, dan untuk membatasi gerakkan tertentu perlu masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester.
Penggunaan pembalut yang steril
Biasanya dijual dalam bahan yang steril dan baru dibuka pada saat akan digunakan.
Cara membalut dengan mitella (lihat gambar)

Cara membalut luka dibagian kepala,perhatikan cara mengikat kain mitellanya. kalau luka ada dibagian depan maka maka ujung kainnya diikat di bagian belakang. sebaliknya, jika luka ada di bagian belakang, maka ujung kainnya diikat di bagian depan.



Cara membalut dengan dasi (lihat gambar dibawah)




Cara membalut luka di lutut, perhatikan posisi lutut ketika sedang dibalut yaitu dalam posisi tertekuk agar pembalutan bisa lebih kuat.

Perhatikan putaran lipatan kainnya. mengingat tangan merupakan anggota tubuh yang aktif, maka usahakan pembalutan dengan kuat dan rapi agar dapat melindungi luka dari sentuhan-sentuhan yang tidak disengaja.
Cara membalut dengan Pita (lihat gambar dibawah )




Perhatikan jenis pembalutan yang bergantung pada luka yang ada. pembalutan bisa dilakukan dengan pendek atau memanjang tergantung dari luka korban.


Cara membalut luka di tungkai, perhatikan arah dan luas pembalutan. dengan cara pembalutan seperti ini maka luka akan terlindungi dan kaki tetap cukup nyaman untuk berjalan.

Cara membalut luka di jari, perhatikan jenis kain pembalut yang dipakai, awal pembalutan dan posisi akhir pembalutan. dengan pembalutan semacam ini maka luka di jari akan terlindungi dan cukup nyaman.
BAB III
PENUTUP
1.SIMPULAN
Pembidian bertujuan untuk pertolongan pertama pada cedera Faktur yang dilakukan dengan mengunakan teknik-teknik yang benar dan harus sesuia dengan faktur yang terjadi dengan penangan yang benar maka pasien yang mengalami faktur akan terbantu,namun apabila faktur yang terjadi tergolong parah maka harus melakukan pembidian dengan orang-orang yang berkecimpung dibidang nya.
2.SARAN
Seorang yang melakukan pembidaian haruslah memahami bagian anatomi tubuh yang mana saja yang bisa dilakukan sebuah pertolongan pembidaian jangan sampai salah melakukan proses pembidian dibagian faktur yang terjadi dan juga harus bisa menguasai pelaksanaan sebuah pembidaian yang benar jangan sampai melakukan pembidaian pasien semakin kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM
DepartemenKesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat.Jakarta.Departemen Kesehatan. 20032.
Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.20083.
Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 20054.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar